“Menghitung
hari, detik demi detik. Masa kunanti apakan ada, jalan cerita kisah yang
panjang,” sekilas kusenandungkan nyanyian dari sebuah lagu salah satu diva di
Indonesia. Liriknya sederhana memang, namun menyimpan sebuah makna, tentang
waktu.
Waktu, satu kata yang keberadaannya sangat berperan dalam kehidupan. Time is money, waktu sangat berharga bahkan lebih berharga dibanding uang. Bagaimana tidak? Waktu tidak bisa diulang, dihentikan, atau dipercepat. Di sisi lain, time is free, setiap orang berhak menggunakan waktunya secara bebas dan cuma-cuma. Sebagian orang menyalahgunakan kebebasan itu dengan cara yang membuat mereka menderita sendiri. Seperti lebih memilih pergi terlebih dahulu padahal itu bukan waktunya untuk kembali.
Baru kemarin rasanya, aku menghentakkan jari-jari mungil di papan keyboard untuk mengisahkan segala cerita tahun 2013. Kini, 365 hari yang keenambelas sudah kulalui dengan penuh tawa, tangis, dan tabah. Di penghujung tahun ini, aku lebih memilih menikmati waktuku bersama ibu dan adik dengan secangkir kopi kebersamaan yang diseduh dengan rasa cinta yang tidak terbandingkan.
Mencoba sedikit membuka kembali lembaran hari demi hari yang telah berlalu, banyak sekali kisah bersejarah dalam hidupku yang aku alami di tahun ini. Mengorek cerita lama penuh bahagia yang terukir di setiap tepi angka tahun kuda kayu ini, aku tiba-tiba menyisipkan senyum di ujung bibir. Bertemu dengan orang-orang yang sangat aku sayangi di kelas, membuatku lebih kuat untuk meneruskan hidup yang entah kapan akan berakhir, yaitu Tera, Vivi, Zaki, Suci, Fijrina, dan yang lainnya. Aku tidak peduli seberapa besar rasa sayang mereka atau bahkan adakah rasa sayang yang mereka sisihkan untukku, namun aku merasakan kebahagiaan yang benar-benar tulus, nyata, dan tidak tersirat dari mereka. Hanya mereka yang dapat mengganti air mata kesedihanku dengan canda tawa.
Jelas, setiap tahun pasti ada sepercik kisah menyakitkan yang dialami setiap orang. Kisah paling pedih yang aku alami adalah di saat satu persatu orang membuat air mataku menetes bersamaan dengan tetes rintikan hujan yang seakan tahu waktu untuk menemani tangisku. Aku heran, apa yang membuat mereka tega menyekokiku dengan rasa sakit yang kemudian mengalir dalam rongga dalam hati? Aku tahu mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan, tetapi setidaknya mereka mengerti, hanya mengerti, mengerti bagaimana rasanya kehilangan ayah tercinta di usia yang masih bisa dibilang belia.
Aku tidak peduli, bagaimana alur lembaran-lembaran kisah di tahun berikutnya yang akan mulai dibuka esok. Aku akan memulainya dengan lembaran putih dan bersih. Entah siapa dan kapan lembar demi lembar akan tercoret oleh noda berupa goresan pena yang disengaja, maupun butiran debu yang terjatuh tanpa disengaja.
Memulai tahun 2015 dengan mengucap syukur dan meminta agar diberi yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya oleh Allah Swt. Jika tidak ada waktu untuk melakukan hal itu, cukup dengan menghaturkan satu kata yang sangat sederhana, namun dapat memacu semangat untuk jadi pribadi yang lebih baik, BISMILLAH. Selamat tahun baru 2015! Jadikan tahun 2015 sebagai ajang untuk menjadi hamba Allah yang lebih berkelas!
Waktu, satu kata yang keberadaannya sangat berperan dalam kehidupan. Time is money, waktu sangat berharga bahkan lebih berharga dibanding uang. Bagaimana tidak? Waktu tidak bisa diulang, dihentikan, atau dipercepat. Di sisi lain, time is free, setiap orang berhak menggunakan waktunya secara bebas dan cuma-cuma. Sebagian orang menyalahgunakan kebebasan itu dengan cara yang membuat mereka menderita sendiri. Seperti lebih memilih pergi terlebih dahulu padahal itu bukan waktunya untuk kembali.
Baru kemarin rasanya, aku menghentakkan jari-jari mungil di papan keyboard untuk mengisahkan segala cerita tahun 2013. Kini, 365 hari yang keenambelas sudah kulalui dengan penuh tawa, tangis, dan tabah. Di penghujung tahun ini, aku lebih memilih menikmati waktuku bersama ibu dan adik dengan secangkir kopi kebersamaan yang diseduh dengan rasa cinta yang tidak terbandingkan.
Mencoba sedikit membuka kembali lembaran hari demi hari yang telah berlalu, banyak sekali kisah bersejarah dalam hidupku yang aku alami di tahun ini. Mengorek cerita lama penuh bahagia yang terukir di setiap tepi angka tahun kuda kayu ini, aku tiba-tiba menyisipkan senyum di ujung bibir. Bertemu dengan orang-orang yang sangat aku sayangi di kelas, membuatku lebih kuat untuk meneruskan hidup yang entah kapan akan berakhir, yaitu Tera, Vivi, Zaki, Suci, Fijrina, dan yang lainnya. Aku tidak peduli seberapa besar rasa sayang mereka atau bahkan adakah rasa sayang yang mereka sisihkan untukku, namun aku merasakan kebahagiaan yang benar-benar tulus, nyata, dan tidak tersirat dari mereka. Hanya mereka yang dapat mengganti air mata kesedihanku dengan canda tawa.
Jelas, setiap tahun pasti ada sepercik kisah menyakitkan yang dialami setiap orang. Kisah paling pedih yang aku alami adalah di saat satu persatu orang membuat air mataku menetes bersamaan dengan tetes rintikan hujan yang seakan tahu waktu untuk menemani tangisku. Aku heran, apa yang membuat mereka tega menyekokiku dengan rasa sakit yang kemudian mengalir dalam rongga dalam hati? Aku tahu mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan, tetapi setidaknya mereka mengerti, hanya mengerti, mengerti bagaimana rasanya kehilangan ayah tercinta di usia yang masih bisa dibilang belia.
Aku tidak peduli, bagaimana alur lembaran-lembaran kisah di tahun berikutnya yang akan mulai dibuka esok. Aku akan memulainya dengan lembaran putih dan bersih. Entah siapa dan kapan lembar demi lembar akan tercoret oleh noda berupa goresan pena yang disengaja, maupun butiran debu yang terjatuh tanpa disengaja.
Memulai tahun 2015 dengan mengucap syukur dan meminta agar diberi yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya oleh Allah Swt. Jika tidak ada waktu untuk melakukan hal itu, cukup dengan menghaturkan satu kata yang sangat sederhana, namun dapat memacu semangat untuk jadi pribadi yang lebih baik, BISMILLAH. Selamat tahun baru 2015! Jadikan tahun 2015 sebagai ajang untuk menjadi hamba Allah yang lebih berkelas!